A. Pengertian Ilmu Politik
Defenisi Politik dan Ilmu Politik
Secara etimologis politik berasal
dari bahasa Yunani yaitu polis. Polis berarti negara. Sedangkan
orang yang mendiami polis, disebut dengan polites, yang berarti
warga negara. Istilah tersebut terus berkembang dan kemudian menjadi politik
seperti yang dikenal sekarang.
Secara defenisi, tidak ada defenisi
tunggal terhadap konsep politik. Masing-masing ahli membuat defenisi sendiri-sendiri.
Perbedaan masing-masing defenisi berada titik tekan atau kajian utama yang
mereka anggap dapat mewakili konsep politik. Konsep politik yang dimaksud
adalah: negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan
(decision making), kebijaksanaan (policy), dan pembagian (distribution).
Keberagaman tersebut, dapat dilihat
dari sejumlah defenisi berikut ini:
Meriam Budiharjo, mendefinisikan politik sebagai
berbagai macam kegiatan yang terjadi di suatu negara yang menyangkut proses
penentuan tujuan dan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut.
Harol D. Lasswel, politik adalah masalah siapa yang
mendapatkan apa, kapan dan bagaimana (who gets what, when, and how).
Joyce Michel, mengatakan politik merupakan
pengambilan keputusan kolektif atau pembuatan kebijakan umum untuk masyarakat
seluruhnya.
Karl W. Deutsch, menyenutkan politik adalah
pengambilan keputusan melalui sarana umum.
Berkaitan dengan keberagaman
defenisi politik, Ramlan Surbakti mengambarkan ada lima pandangan mengenai
politik. Pertama, politik ialah usaha-usaha yang ditempuh warga negara untuk
membicarakan dan mewujudkan kebaikan bersama. Kedua, politik ialah segala hal
yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara dan pemerintahan. Ketiga, politik
sebagai segala kegiatan yang diarahkan untuk mencari dan mempertahankan
kekuasaan dalam masyarakat. Keempat, politik sebagai kegiatan yang berkaitan
dengan perumusan dan pelaksanaan kebijakan umum. Kelima, politik sebagai
konflik dalam rangka mencari dan atau mempertahankan sumber-sumber yang diangap
penting.
Secara umum apa yang telah
didefinisikan di atas merupakan konsep dari politik. Sedangkan defenisi ilmu
politik belum satupun disingung. Jika demikian, pertanyaan dasar yang perlu
diajukan adalah apa perbedaan antara politik dan ilmu politik? Atau apakah
perbedaan antara keduanya, hanya terdapat pada tambahan kata ilmu saja?
Pengertian awam akan menjawab “ya”,
yang disebut dengan ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari politik.
Pengertian tersebut tentu saja tidak salah, karena ruang lingkup dari kajian
ilmu politik adalah apa yang menjadi konsep dari politik. Sejumlah defenisi
dapat mewakili pandangan ini, seperti:
Harol D. Lasswel dan A.Kaaplan, mengatakan ilmu politik adalah ilmu
yang mempelajari pembentukan dan pembagian kekuasaan.
Roger F. Soltou, ilmu politik adalah ilmu yang
mempelajari tentang negara, tujuan-tujuan negara dan lembaga-lembaga yang akan
melaksankan tujuan-tujuan tersebut; hubungan antara negara dengan warga negara,
hubungan antara negara dengan negara lainnya,
J. Barents, menegaskan ilmu politik adalah ilmu
yang mempelajari kehidupan negara, yang merupakan bahagian dari kehidupan
masyarakat; ilmu politik mempelajari negara-negara melaksanakan tugasya.
Namun dalam pengertian yang lebih
khusus, ilmu politik tidak saja berarti ilmu yang mempelajari politik, tapi
juga meliputi kesahihan dalam pengertian standar keilmiahan pengetahuan.
Soejono Soekanto, secara pendek menyebutkan pengertian dari ilmu pengetahuan,
yaitu pengetahuan (knowledge) yang tersusun secara sistematis dengan
mengunakan kekuatan pemikiran, penmgetahuan dimana selalu dapat diperiksa dan
ditelangah (dikontrol) dengan kritis oleh orang lain yang ingin mengetahuinya.
Untuk itu ilmu pengetahuan mempunyai empat unsur utama, yaitu: empiris,
teoritis, kumulatif dan non ethis. Artinya, mempelajari ilmu politik berarti
mengupas kenyataan-kenyataan politik, yang didukung dengan absraksi dari
hasil-hasil observasi, teori-teori dan bertujuan untuk memperjelas kejadian
politik tersebut secara analitis.
B. Perkembangan Ilmu Politik
Merujuk pada pemikiran Aristoteles
yang menyebutkan menyebutkan bahwa manusia adalah zoon politikon,
artinya selama ada masyarakat disitu pasti ada kegiatan politik,
semenjak ada peradapan, politik itu sudah ada. Maka politik dalam artian
praktis pada dasarnya dekat dengan aktivitas kehidupan manusia. Hal itu
tergambarkan dari tulisan-tulisan kuno, pratasti dan lainnya.
Politik dalam artian ilmu
pengetahuan berkembang dan mulai dikenal luas sejak peradapan Yunani-Romawi.
Bagiamana perkembangan ilmu politik, lebih menyeluruh dipaparkan oleh Ahmad
Suhelmi. Dimana ada tiga peradapan yang mempunyai tradisi keilmuan dan
pemikiran politik Barat, yaitu Yunani-Romawi, Judeo-Kristiani dan Islam.
Yunani-Romawi
Tradisi keilmuan Yunani-Romawi memberikan
konstibusi besar dalam perkembangan ilmu politik. Pemikiran filosof Yunani
seperti Plato dan Aristoteles merupakan momentum awal dari perkembangan ilmu
politik modern dewasa ini. Wajar jika kemudian kedua filosof tersebut
dinobatkan sebagai Bapak Filsafat Politik dan Bapak Ilmu
Politik.
Karya Plato dan Aristoteles, banyak memberi sumbangan
pemikiran mengenai bentuk-bentuk negara dan hakikat pemerintahan. Plato
mencita-citakan negara diperintah dengan kebijaksanaan, sebagaimana yang
diperlihatkan oleh para filosof. Sedangkan Aristoteles, melihat negara yang
ideal adalah negara yang mencoba melakukan kombinasi antara oligarkhi dan
demokrasi. Sedangkan sumbangan terbesar dari peradapan Romawi terutama di
bidang sistem hukum dan lembaga politik.
Judeo-Kritiani
Peradapan Judeo-Kritiani merupakan peradapan kedua yang
meletakkan dasar-dasar intelektual dan filosofis bagi pembentukan dan
perkembangan peradapan Barat. Orang-orang Jodeo atau Yahudi walaumenjadi
kelompok minoritas, namun terkenal banyak melahirkan orang-orang besar dan
melahirkan banyak peristiwa sejarah. Mereka berperan dalam proses kelahiran
peradapan renaisans Eropah. Di abad XIX dan XX suku bangsa ini melahirkan
banyak tokoh-tokoh besar dengan karya-karya ilmiah yang sampai saai ini mesih
menjadi referensi utama para ilmuan. Nama-nama seperti Hegel dengan aliran
Hegeliannisme, Marx dengan Marxisme, Darwin dengan Darwinisme, Sigmund Freud,
Nietzsche, Herbert Spencer, Albert Einsten dan lainnya berasal dari bangsa
Yahudi.
Sedangkan peradapan Kristiani
memainkan peran penting berikutnya. Gereja banyak mengambil fungsi penting
imperium dan membantu mengendalikan berbagai kekacauan sosial saat kehancuran
imperium Romawi Barat. Pada abad XII-XIII Agama Kristen ikut mendorong
kebangkitan ilmu pengetahuan dan sipiritual, bagi peradaban Barat. Puncak
sumbangan Agama Kristen adalah melahirkan gerakan Protestan. Doktrin Reformasi
Protestan berdampak luas bagi perilaku ekonomi dan kemudian terus berkembang
menjadi infrastruktur yang kokoh untuk terbentuknya kapitalisme.
Islam
Walau tidak diakui peran Islam dalam mempengaruhi pemikir
politik Barat tidak dapat diabaikan. Salah satu tokoh yang mengembangkan
metodologi ilmiah berupa kajian teoritis empiris adalah Ibnu Khaldun.
Seterusnya warisan ilmu dari Ibnu Rusyd, juga banyak mempengaruhi budaya Barat.
Kuatnya pengaruh Ibnu Rusyd terhadap peradapan Barat diibaratkan oleh Tan
Malaka seperti pengaruh Marxisme pada zaman sekarang.
Bahan Bacaan :
1. Budiardjo, Meriam. Dasar-dasar
Ilmu Politik. Jakarta, Gramedia, cetak ketujuh 2005
2. Harycahyono, Cheppy. Ilmu
Politik dan Presfektif, Yogyakarta, Tiara Wacana, 1986
3. Surbakti, Ramlan, Memahami
Ilmu Politik. Jakarta, Gramedia, 1992
4. Rodee, Carlton Clymer, dkk. Pengantar
Ilmu Politik. Jakarta, Rajawali, 1993
Slots: Best Online Casinos and Bonuses for Real Money
BalasHapusThere are some online casinos that allow players to enjoy slots without the need for registration or deposits, which can also be 📌 Best Slot Site: Red Dog Casino📌 Best Bonus Code: None Needed luckyclub.live