Senin, 26 Maret 2012

Politik dan Ilmu Politik


 
A. Pengertian Ilmu Politik
Defenisi Politik dan Ilmu Politik
Secara etimologis politik berasal dari bahasa Yunani yaitu polis. Polis berarti negara. Sedangkan orang yang mendiami polis, disebut dengan polites, yang berarti warga negara. Istilah tersebut terus berkembang dan kemudian menjadi politik seperti yang dikenal sekarang.
Secara defenisi, tidak ada defenisi tunggal terhadap konsep politik. Masing-masing ahli membuat defenisi sendiri-sendiri. Perbedaan masing-masing defenisi berada titik tekan atau kajian utama yang mereka anggap dapat mewakili konsep politik. Konsep politik yang dimaksud adalah: negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision making), kebijaksanaan (policy), dan pembagian (distribution).
Keberagaman tersebut, dapat dilihat dari sejumlah defenisi berikut ini:
Meriam Budiharjo, mendefinisikan politik sebagai berbagai macam kegiatan yang terjadi di suatu negara yang menyangkut proses penentuan tujuan dan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut.
Harol D. Lasswel, politik adalah masalah siapa yang mendapatkan apa, kapan dan bagaimana (who gets what, when, and how).
Joyce Michel, mengatakan politik merupakan pengambilan keputusan kolektif atau pembuatan kebijakan umum untuk masyarakat seluruhnya.
Karl W. Deutsch, menyenutkan politik adalah pengambilan keputusan melalui sarana umum.
Berkaitan dengan keberagaman defenisi politik, Ramlan Surbakti mengambarkan ada lima pandangan mengenai politik. Pertama, politik ialah usaha-usaha yang ditempuh warga negara untuk membicarakan dan mewujudkan kebaikan bersama. Kedua, politik ialah segala hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara dan pemerintahan. Ketiga, politik sebagai segala kegiatan yang diarahkan untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam masyarakat. Keempat, politik sebagai kegiatan yang berkaitan dengan perumusan dan pelaksanaan kebijakan umum. Kelima, politik sebagai konflik dalam rangka mencari dan atau mempertahankan sumber-sumber yang diangap penting.
Secara umum apa yang telah didefinisikan di atas merupakan konsep dari politik. Sedangkan defenisi ilmu politik belum satupun disingung. Jika demikian, pertanyaan dasar yang perlu diajukan adalah apa perbedaan antara politik dan ilmu politik? Atau apakah perbedaan antara keduanya, hanya terdapat pada tambahan kata ilmu saja?
Pengertian awam akan menjawab “ya”, yang disebut dengan ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari politik. Pengertian tersebut tentu saja tidak salah, karena ruang lingkup dari kajian ilmu politik adalah apa yang menjadi konsep dari politik. Sejumlah defenisi dapat mewakili pandangan ini, seperti:
Harol D. Lasswel dan A.Kaaplan, mengatakan ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari pembentukan dan pembagian kekuasaan.
Roger F. Soltou, ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari tentang negara, tujuan-tujuan negara dan lembaga-lembaga yang akan melaksankan tujuan-tujuan tersebut; hubungan antara negara dengan warga negara, hubungan antara negara dengan negara lainnya,
J. Barents, menegaskan ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari kehidupan negara, yang merupakan bahagian dari kehidupan masyarakat; ilmu politik mempelajari negara-negara melaksanakan tugasya.
Namun dalam pengertian yang lebih khusus, ilmu politik tidak saja berarti ilmu yang mempelajari politik, tapi juga meliputi kesahihan dalam pengertian standar keilmiahan pengetahuan. Soejono Soekanto, secara pendek menyebutkan pengertian dari ilmu pengetahuan, yaitu pengetahuan (knowledge) yang tersusun secara sistematis dengan mengunakan kekuatan pemikiran, penmgetahuan dimana selalu dapat diperiksa dan ditelangah (dikontrol) dengan kritis oleh orang lain yang ingin mengetahuinya. Untuk itu ilmu pengetahuan mempunyai empat unsur utama, yaitu: empiris, teoritis, kumulatif dan non ethis. Artinya, mempelajari ilmu politik berarti mengupas kenyataan-kenyataan politik, yang didukung dengan absraksi dari hasil-hasil observasi, teori-teori dan bertujuan untuk memperjelas kejadian politik tersebut secara analitis.
B. Perkembangan Ilmu Politik
Merujuk pada pemikiran Aristoteles yang menyebutkan menyebutkan bahwa manusia adalah zoon politikon, artinya selama ada masyarakat disitu pasti ada kegiatan politik, semenjak ada peradapan, politik itu sudah ada. Maka politik dalam artian praktis pada dasarnya dekat dengan aktivitas kehidupan manusia. Hal itu tergambarkan dari tulisan-tulisan kuno, pratasti dan lainnya.
Politik dalam artian ilmu pengetahuan berkembang dan mulai dikenal luas sejak peradapan Yunani-Romawi. Bagiamana perkembangan ilmu politik, lebih menyeluruh dipaparkan oleh Ahmad Suhelmi. Dimana ada tiga peradapan yang mempunyai tradisi keilmuan dan pemikiran politik Barat, yaitu Yunani-Romawi, Judeo-Kristiani dan Islam.
Yunani-Romawi
Tradisi keilmuan Yunani-Romawi memberikan konstibusi besar dalam perkembangan ilmu politik. Pemikiran filosof Yunani seperti Plato dan Aristoteles merupakan momentum awal dari perkembangan ilmu politik modern dewasa ini. Wajar jika kemudian kedua filosof tersebut dinobatkan sebagai Bapak Filsafat Politik dan Bapak Ilmu Politik.
Karya Plato dan Aristoteles, banyak memberi sumbangan pemikiran mengenai bentuk-bentuk negara dan hakikat pemerintahan. Plato mencita-citakan negara diperintah dengan kebijaksanaan, sebagaimana yang diperlihatkan oleh para filosof. Sedangkan Aristoteles, melihat negara yang ideal adalah negara yang mencoba melakukan kombinasi antara oligarkhi dan demokrasi. Sedangkan sumbangan terbesar dari peradapan Romawi terutama di bidang sistem hukum dan lembaga politik.
Judeo-Kritiani
Peradapan Judeo-Kritiani merupakan peradapan kedua yang meletakkan dasar-dasar intelektual dan filosofis bagi pembentukan dan perkembangan peradapan Barat. Orang-orang Jodeo atau Yahudi walaumenjadi kelompok minoritas, namun terkenal banyak melahirkan orang-orang besar dan melahirkan banyak peristiwa sejarah. Mereka berperan dalam proses kelahiran peradapan renaisans Eropah. Di abad XIX dan XX suku bangsa ini melahirkan banyak tokoh-tokoh besar dengan karya-karya ilmiah yang sampai saai ini mesih menjadi referensi utama para ilmuan. Nama-nama seperti Hegel dengan aliran Hegeliannisme, Marx dengan Marxisme, Darwin dengan Darwinisme, Sigmund Freud, Nietzsche, Herbert Spencer, Albert Einsten dan lainnya berasal dari bangsa Yahudi.
Sedangkan peradapan Kristiani memainkan peran penting berikutnya. Gereja banyak mengambil fungsi penting imperium dan membantu mengendalikan berbagai kekacauan sosial saat kehancuran imperium Romawi Barat. Pada abad XII-XIII Agama Kristen ikut mendorong kebangkitan ilmu pengetahuan dan sipiritual, bagi peradaban Barat. Puncak sumbangan Agama Kristen adalah melahirkan gerakan Protestan. Doktrin Reformasi Protestan berdampak luas bagi perilaku ekonomi dan kemudian terus berkembang menjadi infrastruktur yang kokoh untuk terbentuknya kapitalisme.
Islam
Walau tidak diakui peran Islam dalam mempengaruhi pemikir politik Barat tidak dapat diabaikan. Salah satu tokoh yang mengembangkan metodologi ilmiah berupa kajian teoritis empiris adalah Ibnu Khaldun. Seterusnya warisan ilmu dari Ibnu Rusyd, juga banyak mempengaruhi budaya Barat. Kuatnya pengaruh Ibnu Rusyd terhadap peradapan Barat diibaratkan oleh Tan Malaka seperti pengaruh Marxisme pada zaman sekarang.

Bahan Bacaan :
1. Budiardjo, Meriam. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta, Gramedia, cetak ketujuh 2005
2. Harycahyono, Cheppy. Ilmu Politik dan Presfektif, Yogyakarta, Tiara Wacana, 1986
3. Surbakti, Ramlan, Memahami Ilmu Politik. Jakarta, Gramedia, 1992
4. Rodee, Carlton Clymer, dkk. Pengantar Ilmu Politik. Jakarta, Rajawali, 1993

1 komentar:

  1. Slots: Best Online Casinos and Bonuses for Real Money
    There are some online casinos that allow players to enjoy slots without the need for registration or deposits, which can also be 📌 Best Slot Site: Red Dog Casino📌 Best Bonus Code: None Needed luckyclub.live

    BalasHapus